top of page

A FRIENDS.

November 2, 2013 at 4:16pm



Ada apa dengan teman-temanmu Anonymous?”. Aku bertanya. “tidak ada apa-apa dengan mereka?”. Dia melanjutkan, “setidaknya itulah Jawaban yang kudapatkan sendiri dari realitas mereka baik-baik saja mereka masih seperti yang dulu.” Aku melanjutkan “Kenapa kalian kelihatan jarang bersama lagi” Anonymous menjawab “kami masih bersama, cuma sekarang beda tempat ngumpul saja.” Aku masih memberikan pertanyaan “apa kalian bertengkar, karena kita melihat jarang sekali tidak seperti dulu lagi.” Dia tersenyum dan menjawab “ya, mungkin sibuk dengan kegiatan masing-masing.” Tiba-tiba Anonymous melanjutkan “tidak sedikit aku mendapatkan orang-orang yang menanyakan hal yang sama, aku menyadari sekali dengan fenomena ini, keingintahuan seseorang terhadap sesuatu yang melanda orang lain walaupun orang tesebut tidak mengenal satu sama lainnya, tingginya rasa ingin mengetahui satu sama lain, ajang sosial yang dimanfaatkan oleh produser untuk menghasilkan rating yang tinggi terhadap penayangan gosip-gosip murahan di televisi swasta Indonesia. tapi kita tidak akan membahas ini ‘hal’ sudah membumi tersebut.”. Aku pura-pura mengerti perasaan dan jawaban yang diberikan si Anonymous. Sore ini aku kosong dan berniat untuk mengajak Anonymous pergi minum ke cafe dan mencoba berbaik hati untuk rela mendengarkan keluh kesahnya atau share atau carenya.

…Anonymous mulai bercerita setelah sedikit meminum kopi hitam pahit yang sudah dipesannya. “Memang aku tidak lagi berkomunikasi dengan teman-temanku, tepatnya via cellphone, kalau verbal bisa dikatakan jarang. ego, obsesi, prinsip, ideal, dan mungkin mimpi kita sudah mengalami karat yang diakibatkan dari adat, lingkungan dan tradisi masing-masing kita seperti saling memikat dan mengikat, seperti tidak mengikhlaskan celah lagi. kita merasa berbeda satu sama lain, sepertinya kita tidak menerima realitas perbedaan lagi, satu sama lainnya merasa sudah menepati tempat yang aman dan teduh, dulu kita sepakat dengan apa itu bahaya ‘kotak aman’?,  ataukah kita sudah kehilangan sosok teman?, seperti yang dialami group band/boyband Bondan feat Two Black di salah satu lagunya?, dan kita merasa sudah mendapatkan pijakan yang absolute. sepertinya kita buta dengan eksistensi penghancur absolute itu sendiri. Tidak ada celah, kita bertemu dengan iringan angan-angan kita, memiliki kesamaan di berbagai hal, dan tiba-tiba kita menilai kemanusian kita dengan kepatuhan adat dan tradisi, leluhur?. Dimana kepalan tinju kita?, kenapa kepalan anarki tersebut menghilang, ketika kita sudah dihadapi dengan ‘kedewasaan’?. Dulu kita tidak mengenal ‘aman’ sekarang kita malah tidur lelap dengan jalur aman tersebut hanya karena jawaban ‘kedewasaan’, ‘ketimuran’. dan seperti mengkambing hitamkan ‘kebaratan’ ada apa dengan ketimuran, yang berarti kita harus mongo terhadap hal2 tradisi?. Tidak sesempit itu dan kita mengetahui hal tersebut.” Aku hanya diam dan mencoba fokus dengan penalarannya si Anonymous, kopi hitamku sudah sampai di meja aku pun langsung mangaduknya mengikuti arah jarum jam berputar.

…Anonymus mengmbil rokok yang dikeluarkan dari lipatan tengah dompetnya, yang membuat kondisi rokok tersebut tidak lagi lurus tidak seperti yang diharapkan oleh pabriknya. Rokok yang hampir patah tersebut dibakar dengan selamat dan di hisap dalam. Anonymous melanjutkan ceritanya “Kita sama-sama menjadi komsumsi seni dalam banyak hal musik, video, film-film yang dianggap aneh dan vandalism, pergerakan dan percaya media budaya itu sebagai alternatif cara untuk membuat gebrakan dan pemberontakan, kita mencintai adegan lakon Jim Morrison ketika dia marah terhadap karya musiknya atau hal yang dianggapnya sebagai alat gebrakan budaya waktu itu dijadikan sebagai money machine nya para label rekaman. kita menjadi konsumer buku-buku boikot, buku-buku kontroversi, buku-buku yang dianggap aneh dan berbahaya, kita seperti menjadi ‘alternatif’ man. Terkadang kita mengaggap keanehan sesuatu yang keren dan lucu, dan aneh adalah normal bagi kita, kita seperti sulit membedakan antara being’boring’ dengan being’normal’. Dan apa yang terjadi dengan sekarang, sekarang kita seperti bapak tua yang duduk menganga di kursi PNS dan DPR (yang waktu mudanya sangat bersemangat gila) itu. kita seperti terhipnotis ria oleh progarm-program tv swasta, kita hanya tinggal duduk manis, dengan remote control ditangan dan kalian tidak perlu kemana-mana lagi, stay at home and enjoy just one klik.”. Anonymous mematikan rokoknya di asbak rokok yang belum habis seperti wajarnya rokok habis, dan langsung menyedu kopi sampai habis. “kalau kamu sendiri bagaimana sobat?”. Anonymous bertanya sambil tersenyum dibuat-buat.

to be continued

0 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page