top of page

MINI DRAMA “AADC” 2014 REVIEW

09 Nov 2014. At 03:35 AM .

MINI DRAMA “AADC” 2014 REVIEW

By

Novian Arif

“Generasi ‘salah temen-temen gue, pecahkan saja gelasnya, biar ramai’ bangkit lagi kepermukaan dengan misi membantu brand ‘love, life, line’.” ~ Novian (2014)


untitled

love, life, line

Great idea dengan momen cerita di film aadc tahun 2002 ketika rangga pergi ke New York dan tak kembali lagi (kisah bang toyib versi aadc). Why ? jika kita flashback kebelakang setelah film AADC secara kebetulan Rangga tidak pernah lagi muncul dilayar lebar dengan didampingi Cinta atau Dian Sastro, Nicolas hanya bermain solo, seperti Janji Joni, Gie, 3 hari untuk selamanya dan lain-lain. Begitupun dengan Dian Sastro tidak pernah bermain dengan Nicolas setelah film AADC di buat. Momen ini secara cerdas dimanfaatkan oleh mungkin tim kreatif aplikasi smartphoneline untuk meghadirkan lagi cerita ini sebagai promasi tepat brand line dengan story “love, life, line”. Pas, jadi ngena bangetketika Rangga melihat isi pesan dari temannya Emily tertulis “and-Jakarta, your hometown, right?”. Seolah Rangga membayangkan Jakarta = Cinta.


dfdfdf

and-Jakarta, your hometown, right?”.

Seolah Rangga membayangkan Jakarta = Cinta.

Tahun 2014 dengan dihadirkannya kembali cerita rakyat ini, eh salah! maksudnya cerita cinta romantis yang disutradarai oleh Rudy Soedjarwo untuk promosi iklan layanan masyarakat ups salah lagi! maksudnya promosi iklan Line, dengan story “love, life, line” berdurasi beberapa menit ini menjadi terhubung satu sama lainnya dan bisa dikatakan ampuh untuk menarik konsumen. Hadirnya kembali cerita ini mengingatkan saya (sebagai target audiens) kembali ke zaman SMA dulu, mungkin mengingatkan kita semua yang satu zaman dengan film ini.Sedikit merinding ketika Cinta (yang dibintingi oleh Dian Satro) memanggil Rangga (yang dibintangi Nicolas Saputra) dan mengucapkan beberapa patah kalimat yang dulu sempat dibahas di film ini ditahun 2002. Cinta berkata “jadi beda saat purnama di New York dan di Jakarta ?”. 12 tahun lamanya berpisah dan akhirnya mereka bertemu.


ddfd

“jadi beda saat purnama di New York dan di Jakarta ?”.

Jika kita lihat mini drama ini kita disuguhkan oleh banyaknya shoot tentang aplikasi line seperti teman sekolah waktu SMA dulu, chat, voice message, free call, dan photo sharing. nada pemberitahuan ala line. Disini melihatkan gaya komunikasi anak muda zaman 2014 yaitu chat dengan menggunakan emoticons sticker dengan berbagai karakter yang lucu sesuai dengan brandnya line Korea, romantis, cinta, remaja, warnanya pun identik dengan gaya warna yang sering di tampilkan di video clipnya ala k-pop k-pop gitu, so apa hubungannya dengan citra film AADC (ada apa dengan cinta) ?.Beberapa brand AADC seperti “salah gue, salah temen-temen gue” dan anak gaul Jakarta labil, polos, aktif, berbagi cerita (curhat), anak mading, nangis bareng, broken home, tomboy, berpelukkan satu gang, memiliki koreografi tarian kelompok sendiri, puisi, hujan, basket ball, gang-gangan, cowok misterius, SMA, first kiss, first love dan lainnya.

Menurut Met Whitman “ When people use your brand as a verb. That is remakable “. Yang maksudnya jika masyarakat sudah akrab dengan brand anda dan menggunkannya sebagai percakapan keseharian mereka maka brand anda bisa dikatakan sukses. Kita tidak asing dengan kaiamat seperti “salah gue salah temen-temen gue?” atau seperti “pecahkan saja gelasnya, biar ramai” itulah brand yang ditangkap oleh audiens dan secara massive melekat di percakapan keseharian masyarakat khususnya remaja. Dengan memanfaatkan brand AADC yang remaja, cinta, romantis berhubungan sekali dengan brand line dengan story “love, life, line”, korea, lucu, anak gaul, remaja, romantis sesuai dengan tempat lokasi set shootingyang diambil untuk pembuatan mini drama ini yaitu di Korea.

Setelah video yang berdurasi lebih kurang 10 menit ini ditonton teman saya Mulia Hari Vano menyimpulkan “Kalau mengkaitkan mini drama AADC ini dulunya merupakan film yang boomimg dilayar lebar Indonesia pada tahun 2002 mau tidak mau cerita atau kesan yang disampaikan sudah menjadi konsumsi banyak orang di decade tahun itu. Sebenarnya line mengambil sisi kreatifnya dari fenomena ini seolah-olah ingin mengajak kembali target audiensnya untuk kembali kemasa itu. Walaupun dalam pengaplikasiannya image yang terbentuk tetap membetuk masa lalu. Line mencoba meghubungkan masa lalu dan sekarang. Sesuatu yang hamper dilupakan pada masa lalu itu, line mengakomodasi ‘cinta’ untuk eksis kembali dimasa sekarang dengan gaya kekinian.”

0 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page