top of page

YOUTUBE SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF GALERI PAMERAN.

YOUTUBE SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF GALERI PAMERAN.

oleh : Novian Arif.

DKV

ISI PadangPanjang

2013.

PENGANTAR.

Tujuan utama dari galeri seni adalah untuk memberikan pengakuan dan mempromosikan bakat yang muncul. Hal ini juga diuntungkan dalam menciptakan kesadaran bagi seni di antara masyarakat umum. Satu juga bisa memahami sebagai upaya untuk mengekalkan seni. Orang-orang datang ke galeri seni ini untuk berbagi minat dan untuk mendapatkan pengetahuan lebih lanjut tentang seni. Galeri seni dapat didefinisikan sebagai tempat terbaik untuk para seniman debutan seperti ketika mereka menunjukkan pekerjaan mereka yang mereka peroleh baik positif serta umpan balik negatif. Dengan demikian mereka dapat mengolah dan meningkatkan keterampilan mereka.

Untuk zaman sekarang ini, praktek menampilkan karya seni telah mengalami perubahan yang luar biasa. Seniman dengan bantuan perangkat hi-tech dapat mengumpulkan ribuan karya seni pada suatu waktu. Para seniman dan pecinta seni dapat meng-upload gambar, video, dll, karya bermutu dan menambah berbagi dengan teman-teman mereka. Galeri seni dan pameran seni memainkan peran penting dalam apresiasi seni dan menyediakan kesempurnaan seni yang unik. Kemahiran seorang seniman dapat dengan mudah dinilai dalam galeri. Sebuah galeri seni tidak juga dapat diartikan sebagai batu loncatan bagi banyak artis. Selain itu, satu dapat mempertimbangkan sebagai kesempatan emas untuk bertemu para pahlawan seni di tempat ini. Mengunjungi galeri seni tersebut bisa menjadi pengalaman tak terlupakan.

Galeri seni adalah gejala modern. Dia lahir dari kebutuhan-kebutuhan masyarakat modern yang tinggal di kota-kota besar. Dengan begitu, sebuah pendirian galeri seni rupa di sebuah kampung sama sekali tidak diperlukan. Sepanjang sejarah peradaban manusia, seperti halnya museum, galeri seni rupa berperan sebagai “cultural intermediaries”. Ini berarti bahwa galeri seni menjembatani apresiasi publik dengan nilai estetik yang ditawarkan seniman. Akan tetapi, berbeda dengan Barat, di Indonesia, peran galeri seni sering dipertanyakan berkenaan dengan minimnya animo masyarakat mengunjungi galeri. (cuplikan tulisan Aminuddin Th Siregar sebagai pengantar diskusi).

MASALAH GALERI (Indonesia)

Khusunya di Indonesia kondisi ini bisa dibaca, bahwa keberadaan galeri khususnya galeri untuk pameran di Indonesia masih belum efisien dari segi fungsi untuk para pengunjung nantinya. Kita lihat di negara maju galeri teknologi informasi seperti media video, jejaring sosial, Youtube sekarang ini, tidak lagi hanya sebagia shared sosial video, lebih dari itu Youtube melahirkan pemecahan baru untuk sebuah efektifitas fungsi sebuah galeri, disini informasi lebih tampak jelas keunggulannya. Berkaitan dengan pertumbuhan ruang alternatif ini, Asmudjo memberikan sebuah perbandingan, “di negara maju dengan infrastruktur seni rupanya yang canggih, ruang dan galeri alternatif berperan menampung suara dan praktek seni rupa yang terpinggirkan karena tak sesuai dengan kanon museum besar”.

Bukan berarti galeri tidak baik, atau ampuh untuk ajang pameran, galeri sekarang selain sebagai akses money oriented, tidak lagi pure kepada sebagai tempat pembelajaran pengetahuan. Galeri sekarang sudah di anggap asing oleh masyarakat pada umumnya, formalitas yang masih melekat erat di citra sebuah galeri, seperti ada pemisah antra seniman dan masyarakat, dan masyarakat dengan karya seni si seniman. Tidak jarang di jumpai karya seni mereka hanya untuk konsumsi para seniman seperti mereka, karya seni tidak lagi dinikmati untuk rakyat. Banyak karya yang di pamerkan di “gedung” galeri yang bertemakan kegelisahan rakyat contohnya lukisan 2 dimensi seorang pengemis. Para pengunjung, tamu undangan, dan kolektor datang memeriahkan pameran melihat-lihat, dan membeli karya tersebut (lukisan bertemakan seoarang pengemis) lucunya di situasi seperti ini sering tidak disadari oleh penikmat seni, di luar “gedung” galeri dapat dilihat dengan jelas dan real 4 dimensi seorang pengemis duduk menunggu koin yang sering tidak dilihat atau dilupakan oleh si pembeli karya lukis yang bertemakan seoarang pengemis tadi. Gedung galeri seperti pemisah atas masyarakat dan karya seni.

MEDIA ALTERNATIF

Alternatif Galeri disini diartikan sebagai tempat lain, another place, cara kedua, atau kondisi yang tercipta dari permasalah kondisi pertama, Galeri yang sebelumnya di kenal adalah tempat pamer/pameran atau menurut Dr. Agus Priyatno, M.Sn dosen pendidikan seni rupa FBS Unimed dan Pengelola Pusat Dokumentasi Senirupa Sumatera Utara, “ Galeri sebagai tempat memajang karya biasanya juga dikelola secara profesional. Galeri memiliki nama, ada kepengurusan, kegiatan terjadwal/kalender kegiatan dalam satu tahun dan publikasi dari setiap pameran yang diselenggarakan. Galeri juga difungsikan sebagai pusat pengumpulan, registrasi/dokumentasi, perawatan dan penyimpanan karya.”. , dan dewasa ini fungsi galeri menjadi permasalahan publik. Seperti kurangnya efektifitas dari pengunjung, dari kendala tempat (lokasi), jarak, pemisah, dan informasi. Masalah ruang alternatif sudah menjadi momok yang masih hangat di bahas di Indonesia, permasalahan seperti permainan para pemegang modal terhadap pembatasan kreatifitas seniman, keuntungan sepihak, seperti yang di katakan I Wayan Seriyoga Parta “dalam konteks ruang atau galeri alternatif, terkandung pengertian pilihan yang berbeda dengan yang dominan. Namun mencari yang dominan bisa jadi sulit dalam konteks perkembngan seni rupa di Indonesia. Maka yang dapat dikonstruk sebagai dominan dalam konteks Indonesia tak lain adalah galeri komersial, pada akhir th 80-an dan awal th 90-an merajalela dengan citarasa yang miskin dan tak secuilpun membuka ruangnya pada praktek seni yang eksperimental. Tanpa keberadaan museum yang tak dilatari oleh kepentingan komersial, maka wajah seni rupa Indonesia ketika itu ditentukan oleh kiprah galeri komersial yang sudah pasti mengedepankan keuntungan komersial.”.

        Tiga fokus terhadap permasalah yang bisa kita lihat di galeri seperti lokasi, pemisah (masyarakat dengan karya seni), dan informasi. Untuk mengadakan sebuah pameran tempat adalah hal yang paling penting di adakan oleh panitia pelaksana, dilihat dari keberadan galeri di Indonesia, lumayan cukup dan layak untuk di jadikan sebuah galeri pameran, dan pasti melaui izin dari si pemilik gedung, atau bagaimana biokrasi gedung teresebut sebelum dapat ditempati, jadikan atau displayed untuk pameran, tanpa adanya atanda izin tersebut acara pameran akan sulit untuk di wujudkan pastinya. Kedua adalah jarak tempuh, setiap kali pameran diadakan tidak jarang para tamu undangan di luar daerah berhalangan datang dan sebagainnya yang beralasan jauh, ongkos, dll. Yang ketiga adalah informasi, disini terdiri dari publishing, poster, pamflet dan undangan sekarang dapat terbantu oleh keberadaan jejaring sosial, seperti facebook, twiterr, dls, hal tersebut tentunya selain dapat memberikan informasi secara cepat juga bisa di akses dengan mudah, cuma kendalanya disini adalah sebagian informasi tersebut tidak dapat di akses atau di dapatkan di internet, sebagian informasi di publish berupa berbentuk dua dimensi seperti poster, pamflet, undangan, yang mana ini bisa mengurangi dari kehadiran pengunjung atas batasan informasi yang di terima.

PERAN TEKNOLOGI ( Youtube )

Dari permasalahan tersebut, terciptalah alternatif, atau cara baru, untuk menampilkan, memperlihatkan sebuah karya si seniman, dan dilihat dari fenomena sekarang ini Youtube mempunyai multy fungsi, selain sebagai media social antar masyarakat dunia Youtube juga hadir sebagai media untuk ekplorasi karya seni yang dapat diakses oleh seniman-seniman antar negara atau dunia, video shared, yang bisa diakses setiap orang dengan mudah. Bisa di saksikan oleh masyarakat dunia fenomena instan artis, seperti melalului cover song (membawakan lagu orang lain versi sendiri), video tutorial artis, video promosi, pamer karya pribadi, dll. Dan banyak sekarang bermunculan para youtubers menyebut mereka “ selebritis Youtube ”, berawal dari kehadiran karya mereka di Youtube, dan ekplorasi karya mereka mendapakan support dan subcribe dari fans mereka sendiri, subcribe disini diartikan sebagai dukungan untuk kelanjutan atas karya mereka dari para penikmat youtube. Dapat kita saksikan langsung, grup ini seperti Seperti smosh, higaniga, dll. pengguna Youtube di sunia. Dan menurut informasinya, “ Youtube adalah sebuah sebuah situs web video sharing layanan upload file yang sudah hampir 80 pesen penduduk dunia telah mengunakan layanan youtube (berbagai video) populer. Youtube yang didirikan pada Februari 2005 oleh tiga orang bekas karyawan PayPal : Steve Chen, Chad hurley, dan Jawed Karim. Menurut perusahaan penelitian internet, Hitwise, pada Mei 2006 YouTube memiliki pangsa pasar sebesar 43 persen. Para pengguna dapat memuat, menonton dan berbagi klip video secara gratis. Umumnya video-video di YouTube adalah klip musik (video klip), film, TV, serta video buatan para penggunanya sendiri (Karya Seni). Format yang digunakan video-video di YouTube adalah .flv yang dapat diputar di penjelajah web yang memiliki plugin Flash Player.” (Wikipedia). Ada dua versi cerita yang menjadi alasan didirikannya YouTube. Pertama, kesulitan salah satu dari mereka mendapatkan video insiden Janet Jackson dan Justin Timberlake dalam acara “Super Bowl” pada 1 Februari 2004. Kedua, ketidakpercayaan Jawed Karim soal makan malam di apartemen Steve Chen. Untuk membuktikan bahwa acara itu benar berlangsung, Chen dan Chad Hurley berusaha mengirim video acara tersebut kepada Jawed. Namun mereka menemui kesulitan dalam mengunggah file tadi, terutama dalam konteks teknis. Mereka harus mengubah file video itu ke format tertentu dan  mesti menjadi anggota untuk menaikkannya. Mereka membalikkan semua itu ketika mendirikan YouTube. Para pengguna tidak perlu menjadi anggota untuk mengirim video. Mereka juga tidak menetapkan persyaratan teknis khusus bagi file yang akan dinaikkan para pengunggah. Just broadcast yourself! Ketika didirikan, jumlah situs dengan kemudahan macam itu hanya segelintir. Karena itu, YouTube kemudian dikemas dengan format menu yang mudah dipelajari, pengunggahan yang tidak rumit, dan kecepatan menyaksikan video tersebut.

  Pada Mei 2005, YouTube memperkenalkan versi beta situs ini dan baru secara resmi diperkenalkan kepada publik pada November 2005. Dalam waktu yang tidak terlalu lama untuk ukuran sebuah situs start-up, YouTube berkembang pesat. Per Juli 2006, YouTube menerima 65.000 video baru dan disaksikan 100 juta kali setiap hari. Video “bermutu tinggi” yang diperkenalkan pada Maret 2008, ditampilkan di leraian 864×480 piksel dengan suara AAC stereo. Format ini banyak menunjukkan peningkatan dibandingkan mutu biasa. Pada November 2008, dukungan HD 720p diperkenalkan. Pada masa yang sama, pemain YouTube diluaskan rasio aspeknya dari 4:3 ke layar lebar 16:9. Video 720p berleraian 1280×720 piksel dan disesuaikan dengan kodek video H.264 dengan audio stereo AAC. Pada November 2009, dukungan HD 1080p diperkenalkan pula, pada leraian 1920×1080 piksel.

Sebagian Sumbe r: http://www.hasbihtc.com/2012/05/sejarah-berdirinya-youtube-hingga.html#ixzz2PTOpM4Rw

KESIMPULAN

Semua isian di atas dapat di simpulkan pointnya adalah, untuk saat sekarang ini galeri tidak lagi berjaya sebagai primadona tempat ajang pamer sebuah karya seni,. Citra gedung, formalitas, dls, yang di anggap pemisah dengan masyarakat. Karena pada dasarnya adalah seni tidak lagi untuk si seniman, kalangan tertentu dan pemilik galeri. Sudah saatnya seni kembali untuk masyarakat yang bermula dari masyarakat. Dengan kehadiran teknologi sebagai media aternatif galeri, tidak ada lagi “tempat” batasan karya dan ruang seni. Pemanfaatan secara maksimal, dan positif, fenomena youtube, dapat di jadikan tool untuk kemajuan, dan pengukiran sejarah seni rupa di Indonesia khusunya. Yang kesemua itu bisa di akses oleh semua kalangan, tidak ada pemisah yang berarti umum atau khusus.

Daftar Rujukan

Amanda Katherine Rath, Perihal Ruang Alternatif dan Ruang Seni Altrnatif/Altered-natives & Altered –space. Jurnal Karbon no 5, Februari 2002, Ruang Rupa Jakarta

Asmudjo J Irianto, “Ruang Alternatif, Yang Mana ?”, SURAT, vol. 19 Februari-April 2004, Yayasan Seni Cemeti, Yogyakarta

BYAR Creative Industry, Bundel konsep Ktok project dan kliping Seni Rupa Semarang 2004-2007

http://www.hasbihtc.com/2012/05/sejarah-berdirinya-youtube-hingga.html#ixzz2PTOpM4Rw

Wikipedia.

0 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page